BEST PROFIT FUTURES - Zat perisa kimiaw (chemical flavour)i yang ditemukan dalam 75 persen rokok elektrik ternyata bisa memicu penyakit paru-paru. Zat perisa yang tersedia di toko-toko dalam bentuk rokok elektrik atau cairan isi ulang itu telah diteliti oleh sekelompok ilmuwan di Harvard University, Amerika Serikat.
Para peneliti dari Harvard's T.H. Chan School of Public Health menemukan senyawa lain yang mempunyai potensi membahayakan dalam zat perisa yang diuji, termasuk rasa yang disukai oleh anak-anak muda seperti Cotton Candy, Fruit Squirts, dan Cupcake.
Zat diacetyl dan zat kimia lain yang digunakan sebagai perisa dalam rokok elektrik ditemukan dalam 39 dari 51 perisa rokok elektrik yang diuji.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Health Perspectives itu juga mengungkapkan setidaknya satu dari tiga bahan perisa itu ditemukan dalam 92 persen rokok elektrik.
Dua lagi bahan kimia yang ditemukan adalah 2,3-pentanedione (pengganti diacetyl) dan asetoin, bahan yang selalu digunakan untuk pembuatan rasa karamel, butterscotch dan perisa stroberi.
"Ini termasuk beberapa perisa rokok elektronik yang tidak mengandung rasa buah-buahan atau permen seperti 'klasik' dan 'mentol'," ujar peneliti kepada MedicalNewsToday.
Para peneliti dari Harvard's T.H. Chan School of Public Health menemukan senyawa lain yang mempunyai potensi membahayakan dalam zat perisa yang diuji, termasuk rasa yang disukai oleh anak-anak muda seperti Cotton Candy, Fruit Squirts, dan Cupcake.
Zat diacetyl dan zat kimia lain yang digunakan sebagai perisa dalam rokok elektrik ditemukan dalam 39 dari 51 perisa rokok elektrik yang diuji.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Health Perspectives itu juga mengungkapkan setidaknya satu dari tiga bahan perisa itu ditemukan dalam 92 persen rokok elektrik.
Dua lagi bahan kimia yang ditemukan adalah 2,3-pentanedione (pengganti diacetyl) dan asetoin, bahan yang selalu digunakan untuk pembuatan rasa karamel, butterscotch dan perisa stroberi.
"Ini termasuk beberapa perisa rokok elektronik yang tidak mengandung rasa buah-buahan atau permen seperti 'klasik' dan 'mentol'," ujar peneliti kepada MedicalNewsToday.
Saat ini di pasaran ada lebih dari 7.000 rokok elektrik berperisa dan ada juga jus elektrik (cairan yang mengandung nikotin yang digunakan sebagai isian rokok eletrik).
Selama ini kebanyakan ilmuwan meneliti kadar nikotin dalam rokok elektrik, namun masih banyak yang belum diketahui tentang rokok jenis baru ini.
"Sebagai pelengkap terhadap penelitian yang menguji kadar nikotin dalam rokok elektrik, studi kami menunjukkan bahwa zat perisa kimiawi ternyata juga bisa memicu kerusakan paru-paru," kata David Christiani yang melakukan penelitian ini kepada Telegrapgh.
Studi dari Harvard University ini bukan penelitian pertama yang menyebutkan bahaya rokok elektrik bagi paru-paru.
Penelitian sebelumnya yang diterbitkan di jurnal PLOS ONE mengungkapkan uap rokok elektrik juga dipercaya dapat memicu peradangan pada jaringan paru. Ini disebabkan oleh uap yang dihasilkan oleh rokok elektrik mengandung logam berat dan bersifat kanker. Ukuran nanopartikel yang sangat kecil dapat mencapai jauh ke dalam jaringan paru, sistem sel hingga aliran darah.
Dalam laboratorium uji coba, tikus yang terpapar dengan asap rokok elektrik pun mengalami hal yang sama.
"Penelitian kami menegaskan bahwa rokok elektrik dapat menimbulkan risiko kesehatan secara signifikan dan harus diselidiki lebih lanjut. Banyak rokok elektrik yang diluncurkan tanpa mengetahui efek samping bagi kesehatan," papar profesor kedokteran lingkungan di University of Rochester Medical Center, Irfan Rahman seperti dikutip ScienceTimes.
sumber : beritagar.id
Selama ini kebanyakan ilmuwan meneliti kadar nikotin dalam rokok elektrik, namun masih banyak yang belum diketahui tentang rokok jenis baru ini.
"Sebagai pelengkap terhadap penelitian yang menguji kadar nikotin dalam rokok elektrik, studi kami menunjukkan bahwa zat perisa kimiawi ternyata juga bisa memicu kerusakan paru-paru," kata David Christiani yang melakukan penelitian ini kepada Telegrapgh.
Studi dari Harvard University ini bukan penelitian pertama yang menyebutkan bahaya rokok elektrik bagi paru-paru.
Penelitian sebelumnya yang diterbitkan di jurnal PLOS ONE mengungkapkan uap rokok elektrik juga dipercaya dapat memicu peradangan pada jaringan paru. Ini disebabkan oleh uap yang dihasilkan oleh rokok elektrik mengandung logam berat dan bersifat kanker. Ukuran nanopartikel yang sangat kecil dapat mencapai jauh ke dalam jaringan paru, sistem sel hingga aliran darah.
Dalam laboratorium uji coba, tikus yang terpapar dengan asap rokok elektrik pun mengalami hal yang sama.
"Penelitian kami menegaskan bahwa rokok elektrik dapat menimbulkan risiko kesehatan secara signifikan dan harus diselidiki lebih lanjut. Banyak rokok elektrik yang diluncurkan tanpa mengetahui efek samping bagi kesehatan," papar profesor kedokteran lingkungan di University of Rochester Medical Center, Irfan Rahman seperti dikutip ScienceTimes.
sumber : beritagar.id