BEST PROFIT FUTURES - Drama mengenai Yunani nampak akan berakhir dan perhatian investor kembali tertuju kepada isu-isu kinerja ekonomi secara relatif, dimana merujuk pada penguatan yang terjadi di Poundsterling. Dalam perdagangan silang, Sterling menguat tajam terhadap Euro, mencapai posisi terkuatnya dalam bulan ini. Sepanjang hampir sembilan bulan mengalami penguatan dan sempat tertahan pada Senin kemarin setelah Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras mendapatkan 48 jam kelonggaran untuk mencapai kesepakatan dengan para pemberi kredit Yunani.
Menguatnya Poundsterling kini akan lebih banyak didorong oleh kinerja ekonomi domestik dimana pemulihan ekonomi Inggris menunjukkan momentum yang baik salah satunya dengan kenaikan tingkat upah. Kondisi ini membakukan spekulasi bahwa Bank Sentral Inggris akan menjadi bank sentral besar lainnya yang akan mengikuti jejak The Federal Reserve AS dalam menaikkan suku bunga. Hal sebaliknya adalah Bank Sentral Eropa tetap berkomitmen untuk melaksanakan pembelian obligasi kembali setidaknya hingga September 2016.
Bisa dikatakan bahwa dengan kondisi ekonomi Inggris yang kuat saat ini, kondisi suku bunga darurat sudah tidak sesuai lagi, meskipun angka inflasi masih cukup tinggi. Poundsterling menguat sebesar 0,9% ke angka 71.05 per Euro dalam perdagangan GBPEUR bahkan sempat mencapai ke posisi 70,80. Dalam perdagangan GBPUSD terkoreksi sebesar 0.6 % ke level $1.5727, bahkan menyentuh $1.5682. Dibandingkan dengan Euro, Poundsterling memang menguat sebesar 5,4 persen selama tiga bulan ini, yang menjadi kinerja terbaiknya. Kondisi ini dipengaruhi oleh gambaran masalah Yunani yang membaik dan sinyalemen ekonomi yang menguat sebagai momentum bersama.
Menguatnya Poundsterling kini akan lebih banyak didorong oleh kinerja ekonomi domestik dimana pemulihan ekonomi Inggris menunjukkan momentum yang baik salah satunya dengan kenaikan tingkat upah. Kondisi ini membakukan spekulasi bahwa Bank Sentral Inggris akan menjadi bank sentral besar lainnya yang akan mengikuti jejak The Federal Reserve AS dalam menaikkan suku bunga. Hal sebaliknya adalah Bank Sentral Eropa tetap berkomitmen untuk melaksanakan pembelian obligasi kembali setidaknya hingga September 2016.
Bisa dikatakan bahwa dengan kondisi ekonomi Inggris yang kuat saat ini, kondisi suku bunga darurat sudah tidak sesuai lagi, meskipun angka inflasi masih cukup tinggi. Poundsterling menguat sebesar 0,9% ke angka 71.05 per Euro dalam perdagangan GBPEUR bahkan sempat mencapai ke posisi 70,80. Dalam perdagangan GBPUSD terkoreksi sebesar 0.6 % ke level $1.5727, bahkan menyentuh $1.5682. Dibandingkan dengan Euro, Poundsterling memang menguat sebesar 5,4 persen selama tiga bulan ini, yang menjadi kinerja terbaiknya. Kondisi ini dipengaruhi oleh gambaran masalah Yunani yang membaik dan sinyalemen ekonomi yang menguat sebagai momentum bersama.
Dengan kondisi ekonomi domestik yang kokoh tersebut, diperkirakan bahwa dalam lima kali pertemuan kedepan yang akan diadakan oleh MPC dari BOE salah satunya adalah dengan menaikkan suku bunga. Inflasi Inggris memang diperkirakan akan menguat kembali, sebagaimana ditargetkan oleh BOE sebesar 2 persen sebagai dampak jatuhnya harga minyak mentah dan penguatan Poundsterling sendiri. Sepekan sebelumnya, BOE telah melansir hasil pertemuan mereka di bulan Juni lalu dimana mereka menegaskan akan dilakukannya pengurangan terkait pembatasan-pembatasan ekonomi Inggris setelah mempertimbangkan data ekonomi dimana peningkatan upah berjalan sangat cepat dalam empat tahun terakhir ini.
Sepanjang tahun ini, Poundsterling menguat didasarkan spekulasi bahwa BOE akan menjadi bank sentral besar kedua yang akan mengekor kebijakan bank sentral AS dalam hal menaikkan suku bunga dan kembali melakukan pengetatan kebijakan moneternya. Mata uang Inggris ini sontak menguat 6.3 persen selama tiga bulan atas Euro, bahkan terhadap Dolar Australia sendiripun juga berlaku demikian. Situasi yang mirip dengan kondisi Dolar AS dimana tengah menapaki jalur kenaikan suku bunganya dalam waktu dekat ini. Ditengah laju kenaikan ini, posisi beli dan tahan akan menjadi pilihan yang lebih tepat, meskipun ada pihak yang menyatakan setidaknya hingga bulan Mei maka suku bunga Inggris masih belum terlihat akan dinaikkan.
Bisa jadi dalam waktu dekat ini GBPUSD akan menguat sesaat ke area $1.62 hingga 1,63. Ditengah potensi kenaikan ini, mengacu pada situasi perdagangan sejak Mei silam maka terlihat posisi Poundsterling yang berada di area jenuh beli sehingga mengalami tekanan jual. Potensi penurunan bisa terjadi dan mengarahkan GBPUSD ke $1.56 – 1.55, area dimana rata-rata perdagangan GBPUSD dalam 50 hari terakhir.
sumber : financeroll.co.id
Sepanjang tahun ini, Poundsterling menguat didasarkan spekulasi bahwa BOE akan menjadi bank sentral besar kedua yang akan mengekor kebijakan bank sentral AS dalam hal menaikkan suku bunga dan kembali melakukan pengetatan kebijakan moneternya. Mata uang Inggris ini sontak menguat 6.3 persen selama tiga bulan atas Euro, bahkan terhadap Dolar Australia sendiripun juga berlaku demikian. Situasi yang mirip dengan kondisi Dolar AS dimana tengah menapaki jalur kenaikan suku bunganya dalam waktu dekat ini. Ditengah laju kenaikan ini, posisi beli dan tahan akan menjadi pilihan yang lebih tepat, meskipun ada pihak yang menyatakan setidaknya hingga bulan Mei maka suku bunga Inggris masih belum terlihat akan dinaikkan.
Bisa jadi dalam waktu dekat ini GBPUSD akan menguat sesaat ke area $1.62 hingga 1,63. Ditengah potensi kenaikan ini, mengacu pada situasi perdagangan sejak Mei silam maka terlihat posisi Poundsterling yang berada di area jenuh beli sehingga mengalami tekanan jual. Potensi penurunan bisa terjadi dan mengarahkan GBPUSD ke $1.56 – 1.55, area dimana rata-rata perdagangan GBPUSD dalam 50 hari terakhir.
sumber : financeroll.co.id