BEST PROFIT FUTURES - Laju nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan akhir bulan ini ditutup tambah terperosok pada saat USD semakin perkasa terhadap beberapa mata uang dunia. Berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah hari ini berakhir di level Rp 13.650/USD dengan kisaran harian Rp 13.605-Rp 13.655/USD. Posisi penutupan hari ini melemah 10 poin dari penutupan kemarin yang berada di level Rp 13.640/USD.
Posisi rupiah menurut data Bloomberg pada hari ini berakhir pada level Rp 13.648/USD dengan kisaran Rp 13.593-Rp 13.667/USD. Posisi itu tercatat melemah jika dibandingkan penutupan sebelumnya di level Rp 13.640/USD. Menurut data dari Limas, rupiah pada sore ini ada di posisi Rp 13.652/USD jauh memburuk dibanding penutupan sebelumnya di level Rp 13.642/USD, atau melemah 10 poin.
Di sisi lain, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah berada pada level Rp 13.615/USD. Posisi ini tercatat membaik dari posisi kemarin yang berada di level Rp 13.641/USD. Dilansir Reuters, Selasa (31/5), USD naik ke level tertinggi dalam dua bulan terhadap beberapa mata uang dan berada di jalur untuk mencapai bulan terkuat pada ekspektasi suku bunga AS akan naik dalam beberapa bulan mendatang.
Terhadap yen, USD naik menuju level tertinggi dalam satu bulan atau diperdagangkan naik 0,1% hari ini ke level 111,16. USD juga diambil satu bulan dari posisi 111,455 sebelum kembali melangkah ke level 111,09.
Posisi rupiah menurut data Bloomberg pada hari ini berakhir pada level Rp 13.648/USD dengan kisaran Rp 13.593-Rp 13.667/USD. Posisi itu tercatat melemah jika dibandingkan penutupan sebelumnya di level Rp 13.640/USD. Menurut data dari Limas, rupiah pada sore ini ada di posisi Rp 13.652/USD jauh memburuk dibanding penutupan sebelumnya di level Rp 13.642/USD, atau melemah 10 poin.
Di sisi lain, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah berada pada level Rp 13.615/USD. Posisi ini tercatat membaik dari posisi kemarin yang berada di level Rp 13.641/USD. Dilansir Reuters, Selasa (31/5), USD naik ke level tertinggi dalam dua bulan terhadap beberapa mata uang dan berada di jalur untuk mencapai bulan terkuat pada ekspektasi suku bunga AS akan naik dalam beberapa bulan mendatang.
Terhadap yen, USD naik menuju level tertinggi dalam satu bulan atau diperdagangkan naik 0,1% hari ini ke level 111,16. USD juga diambil satu bulan dari posisi 111,455 sebelum kembali melangkah ke level 111,09.
Pemicu terbaru pada kekuatan USD datang dari Ketua Federal Reserve (The Fed) Janet Yellen yang pada Jumat kemarin mengatakan bahwa kenaikan suku bunga kemungkinan akan dilakukan dalam beberapa bulan mendatang, jika perekonomian dan pasar tenaga kerja terus membaik. Indeks USD, terhadap enam mata uang utama naik 0,3% ke level 95,802 atau mendekati posisi tertinggi dua bulan di level 95,968 dan menempatkan USD sebagai bulan terbaik sejak November.
Stabilitas sistem keuangan Indonesia akan terkena dampak perubahan kebijakan suku bunga acuan Amerika Serikat (Fed funds rate/ FFR). Meski begitu, Bank Indonesia (BI) menilai kondisi sistem keuangan Indonesia saat ini jauh lebih kuat dibandingkan tahun lalu, seiring inflasi yang terjaga dan membaiknya defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD).
Gubernur BI Agus Martowardojo menuturkan, kondisi neraca transaksi berjalan Indonesia yang masih defisit dan perlu dibiayai oleh dana-dana luar negeri membuat perubahan kebijakan suku bunga acuan AS (FFR) berpengaruh signifikan terhadap kondisi stabilitas sistem keuangan di Tanah Air. Munculnya penyataan para petinggi bank sentral AS (Federal Reserve) terkait rencana kenaikan FFR sudah berdampak terhadap ekonomi negara- negara berkembang, termasuk Indonesia.
sumber : financeroll.co.id
Stabilitas sistem keuangan Indonesia akan terkena dampak perubahan kebijakan suku bunga acuan Amerika Serikat (Fed funds rate/ FFR). Meski begitu, Bank Indonesia (BI) menilai kondisi sistem keuangan Indonesia saat ini jauh lebih kuat dibandingkan tahun lalu, seiring inflasi yang terjaga dan membaiknya defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD).
Gubernur BI Agus Martowardojo menuturkan, kondisi neraca transaksi berjalan Indonesia yang masih defisit dan perlu dibiayai oleh dana-dana luar negeri membuat perubahan kebijakan suku bunga acuan AS (FFR) berpengaruh signifikan terhadap kondisi stabilitas sistem keuangan di Tanah Air. Munculnya penyataan para petinggi bank sentral AS (Federal Reserve) terkait rencana kenaikan FFR sudah berdampak terhadap ekonomi negara- negara berkembang, termasuk Indonesia.
sumber : financeroll.co.id