BEST PROFIT FUTURES - Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) kembali melemah di perdagangan hari ini, Kamis. Bahkan, Rupiah nyaris menyentuh level Rp 13.700 per USD.Mengutip data Bloomberg, Rupiah dibuka di level Rp 13.678 per USD atau melemah dibanding penutupan perdagangan sebelumnya di Rp 13.661 per USD. Rupiah terus melemah dan sempat menyentuh level Rp 13.695 per USD di 30 menit awal perdagangan.
Meski demikian, Rupiah menjadi mata uang terbaik kelima di Asia sepanjang tahun berjalan. Mata uang resmi Indonesia itu sudah menguat sekitar 1 persen terhadap dolar Amerika Serikat.
Di atasnya ada dolar Singapura yang mengalami apresiasi lebih dari 2 persen, ringgit Malaysia hampir 4 persen, yen Jepang sekitar 8 persen, dan kyat Myanman lebih dari 10 persen.
Keperkasaan kyat menjadi catatan tersendiri. Itu dinilai menjadi pertanda kebangkitan Myanmar setelah satu dekade terisolasi.
Meski demikian, Rupiah menjadi mata uang terbaik kelima di Asia sepanjang tahun berjalan. Mata uang resmi Indonesia itu sudah menguat sekitar 1 persen terhadap dolar Amerika Serikat.
Di atasnya ada dolar Singapura yang mengalami apresiasi lebih dari 2 persen, ringgit Malaysia hampir 4 persen, yen Jepang sekitar 8 persen, dan kyat Myanman lebih dari 10 persen.
Keperkasaan kyat menjadi catatan tersendiri. Itu dinilai menjadi pertanda kebangkitan Myanmar setelah satu dekade terisolasi.
Kemenangan Aung San Suu Kyi dalam pemilu terbuka pertama Myanmar sejak 1990 dianggap menjadi pemicu kebangkitan kyat. Investasi asing mulai mengalir ke negeri berjuluk Tanah Emas tersebut.
Sejatinya, Myanmar sudah menjalankan serangkaian reformasi untuk merevitalisasi ekonomi dan masyarakat sejak junta militer resmi bubar pada 2011.
Atas dasar itu, General Electric (GE) menanamkan investasi di Myanmar empat tahun lalu. Tren penguatan kyat sejauh ini membuktikan bahwa keputusan bisnis perusahaan teknologi Amerika Serikat tersebut tepat.
Andrew Lee, pemimpin GE Myanmar, mengatakan, penguatan mata uang penting untuk mengembangkan ekonomi. Sebab, biaya impor kian murah dan menurunkan ongkos pembangunan infrastruktur.
sumber : merdeka.com
Sejatinya, Myanmar sudah menjalankan serangkaian reformasi untuk merevitalisasi ekonomi dan masyarakat sejak junta militer resmi bubar pada 2011.
Atas dasar itu, General Electric (GE) menanamkan investasi di Myanmar empat tahun lalu. Tren penguatan kyat sejauh ini membuktikan bahwa keputusan bisnis perusahaan teknologi Amerika Serikat tersebut tepat.
Andrew Lee, pemimpin GE Myanmar, mengatakan, penguatan mata uang penting untuk mengembangkan ekonomi. Sebab, biaya impor kian murah dan menurunkan ongkos pembangunan infrastruktur.
sumber : merdeka.com