BEST PROFIT FUTURES - Para investor masih yakin permintaan investasi emas di tahun ini masih akan meningkat sebesar 15% dari kwartal empat kemarin sebesar 169,3 ton. Hal ini sejalan dengan keluarnya modal ETF Emas yang mengalami perlambatan pula. WGC melaporkan bahwa permintaan emas selama setahun masih datar saja, yaitu 4.212 ton, dimana pada semester pertama lebih rendah daripada pada semester kedua. Jatuhnya harga emas disemester kedua ditambah dengan meningkatnya krisis geopolitik dan turbulensi keuangan global membuat pembelian emas naik.Pembelian yang dilakukan oleh bank-bank sentral juga mengalami kenaikan dari tahun 2014 silam sebesar 584 ton menjadi 588 ton. Langkah diversifikasi aset dilakukan mengantisipasi jatuhnya harga minyak mentah dan kepercayaan ekonomi global yang turun. Bank sentral Rusia misalnya, membeli tak kurang 200 ton emas ditahun 2015, dimana 141 ton diantaranya dibeli pada semester kedua. Minyak merupakan salah satu komoditi andalan Rusia, sehingga jatuhnya harga minyak mentah diantisipasi dengan menambah cadangan devisa pada emas.
Jumlah emas yang dibeli oleh bank-bank sentral diakui oleh WGC lebih tinggi dari perkiraan mereka. Diperkirakan kisaran pembelian oleh bank-bank sentral tersebut selama setahun adalah 400-500 ton, kini setidaknya kisaran pembelian naik di 500-600 ton. Menariknya, perubahan sejak 2010 adalah dimana mereka awalnya net seller, menjadi net purchaser.
Sebaliknya, permintaan emas oleh konsumen ritel mengalami penurunan sebesar 2% atau 3.427 ton, diluar pembelian emas yang masih meningkat di Cina. Masalahnya adalah Cina sendiri saat ini menghadapi kondisi ekonomi yang melambat dan mata uang mereka juga melemah. Sisi baiknya, secara tradisional emas sendiri masih menjadi komoditas yang diminati di India. Lazimnya, permintaan emas akan melonjak di semester kedua menjelang perayaan Diwali.
Jumlah emas yang dibeli oleh bank-bank sentral diakui oleh WGC lebih tinggi dari perkiraan mereka. Diperkirakan kisaran pembelian oleh bank-bank sentral tersebut selama setahun adalah 400-500 ton, kini setidaknya kisaran pembelian naik di 500-600 ton. Menariknya, perubahan sejak 2010 adalah dimana mereka awalnya net seller, menjadi net purchaser.
Sebaliknya, permintaan emas oleh konsumen ritel mengalami penurunan sebesar 2% atau 3.427 ton, diluar pembelian emas yang masih meningkat di Cina. Masalahnya adalah Cina sendiri saat ini menghadapi kondisi ekonomi yang melambat dan mata uang mereka juga melemah. Sisi baiknya, secara tradisional emas sendiri masih menjadi komoditas yang diminati di India. Lazimnya, permintaan emas akan melonjak di semester kedua menjelang perayaan Diwali.
Para konsumen ritel ini lebih memilih emas dalam bentuk batangan dan koin, khususnya di Cina. Meskipun Yuan diperkirakan masih akan melemah di tahun ini, justru membangkitkan peluang upaya perlindungan aset dengan membeli emas. Sebaliknya di Rusia, permintaan konsumen ritel mengalami penurunan yang paling tajam, terendah dalam 14 tahun terakhir ini atau sebesar 42.1 ton atau 39 persen penurunannya. Jatuhnya harga minyak mentah dan Rubel membuat konsumen menahan untuk melakukan pembelian emas.
Pada 2016 ini, sejauh ini emas mengalami kenaikan harga 12%. Dipicu kekhawatiran investor atas kondisi ekonomi global yang buram, meskipun bayang-bayang penguatan Dolar AS, jika suku bunga dinaikkan kembali oleh Bank Sentral AS, The Federal Reserve – akan memukul harga emas kembali. Bahkan Goldman Sachs memperkirakan harga ema diakhir tahun bisa kembali ke $1000 per ons. Meskipun berpotensi turun, namun bagi investor yang mengkhawatirkan tergerusnya portofolio mereka pada aset ekuitas, tentu saja membeli emas adalah pilihan yang tepat, terlebih jika sudah dilakukan sejak 1 Januari kemarin.
Emas memang menjadi pilihan investasi terlebih menyikapi tren suku bunga negatif, yang diperkirakan akan dilakukan oleh sejumlah bank sentral ditahun ini. Pada Selasa untuk pertama kalinya dalam sepanjang sejarah, yield Obligasi Jepang dengan masa tebus 10 tahun berada pada posisi negatif. Tentu saja menempatan uang pada perbankan dengan suku bunga negatif adalah tindakan yang akan menggerus aset. Salah satu cara menyelamatkan aset dalam kondisi yang demikian ini adalah mengubah investasi pada komoditi emas. Bagi sebagian pelaku pasar yang tidak familiar dengan perdagangan emas selama ini, jalan keluar ini memang terasa janggal. Namun ini merupakan langkah terbaik yang bisa diambil saat kondisi dewasa ini tidak menentu.
Ada juga pilihan lain dalam mengalokasikan investasi saat ini, membeli saham-saham pertambangan emas. Saat harga emas jatuh, saham-saham tersebut ikut rontok. Saat ini beberapa diantaranya masuk dalam kategori murah. Faktanya hari ini, sebagian saham-saham tersebut telah bangkit setelah harga emas juga menguat kembali, diperkirakan sebagian telah naik 22%. Memang, apabila harus memilih antara membeli saham produsen emas atau membeli emasnya langsung, tetap yang lebih baik adalah membeli emasnya langsung.
Dengan kenaikan harga saham-saham emas yang sedemikian rupa tersebut, diantaranya bahkan telah mendekati level tingginya, bahkan jika dibandingkan dengan produk emas itu sendiri bahkan bisa jadi lebih mahal. Setidaknya, kedua hal tersebut, baik saham-saham emas ataupun emas itu sendiri tengah bergerak menuju ke atas.
Investor tetap saja harus mewaspadai pergerakan saham dan harga minyak mentah. Aksi jual yang melanda pasar saham bisa saja berhenti dan membuat kenaikan harga emas tertahan kembali. Segala sesuatu tidak akan berjalan terus menerus, dalam siklusnya akan selalu ada koreksi dan perhentian sesaat untuk menentukan laju pergerakan selanjutnya. Dolar AS masih memegang kendali penting, fluktuasinya akan menyeret harga emas dalam pola inversal.
Baru-baru ini, pernyataan Gubernur Bank Sentral AS, Janet Yellen menjadi sentimen negatif bagi Dolar AS. Aksi jual yang merembet ke pasar saham dan uang menjadi angin buritan bagi emas untuk menguat kembali. Tidak ada yang bisa memastikan kapan aksi jual akan berhenti, terlebih sebagian besar pelaku pasar saat ini ditengah kebingungan sebagaimana bank-bank sentral itu sendiri. Likuidasi masih akan berlangsung dan akan berakhir pada saatnya nanti. Saat Tsunami jual ini berakhir, anda yang telah membeli emas akan tiba gilirannya untuk keluar dan melikuidasi posisi. Selamat bertransaksi.
sumber : financeroll.co.id
Pada 2016 ini, sejauh ini emas mengalami kenaikan harga 12%. Dipicu kekhawatiran investor atas kondisi ekonomi global yang buram, meskipun bayang-bayang penguatan Dolar AS, jika suku bunga dinaikkan kembali oleh Bank Sentral AS, The Federal Reserve – akan memukul harga emas kembali. Bahkan Goldman Sachs memperkirakan harga ema diakhir tahun bisa kembali ke $1000 per ons. Meskipun berpotensi turun, namun bagi investor yang mengkhawatirkan tergerusnya portofolio mereka pada aset ekuitas, tentu saja membeli emas adalah pilihan yang tepat, terlebih jika sudah dilakukan sejak 1 Januari kemarin.
Emas memang menjadi pilihan investasi terlebih menyikapi tren suku bunga negatif, yang diperkirakan akan dilakukan oleh sejumlah bank sentral ditahun ini. Pada Selasa untuk pertama kalinya dalam sepanjang sejarah, yield Obligasi Jepang dengan masa tebus 10 tahun berada pada posisi negatif. Tentu saja menempatan uang pada perbankan dengan suku bunga negatif adalah tindakan yang akan menggerus aset. Salah satu cara menyelamatkan aset dalam kondisi yang demikian ini adalah mengubah investasi pada komoditi emas. Bagi sebagian pelaku pasar yang tidak familiar dengan perdagangan emas selama ini, jalan keluar ini memang terasa janggal. Namun ini merupakan langkah terbaik yang bisa diambil saat kondisi dewasa ini tidak menentu.
Ada juga pilihan lain dalam mengalokasikan investasi saat ini, membeli saham-saham pertambangan emas. Saat harga emas jatuh, saham-saham tersebut ikut rontok. Saat ini beberapa diantaranya masuk dalam kategori murah. Faktanya hari ini, sebagian saham-saham tersebut telah bangkit setelah harga emas juga menguat kembali, diperkirakan sebagian telah naik 22%. Memang, apabila harus memilih antara membeli saham produsen emas atau membeli emasnya langsung, tetap yang lebih baik adalah membeli emasnya langsung.
Dengan kenaikan harga saham-saham emas yang sedemikian rupa tersebut, diantaranya bahkan telah mendekati level tingginya, bahkan jika dibandingkan dengan produk emas itu sendiri bahkan bisa jadi lebih mahal. Setidaknya, kedua hal tersebut, baik saham-saham emas ataupun emas itu sendiri tengah bergerak menuju ke atas.
Investor tetap saja harus mewaspadai pergerakan saham dan harga minyak mentah. Aksi jual yang melanda pasar saham bisa saja berhenti dan membuat kenaikan harga emas tertahan kembali. Segala sesuatu tidak akan berjalan terus menerus, dalam siklusnya akan selalu ada koreksi dan perhentian sesaat untuk menentukan laju pergerakan selanjutnya. Dolar AS masih memegang kendali penting, fluktuasinya akan menyeret harga emas dalam pola inversal.
Baru-baru ini, pernyataan Gubernur Bank Sentral AS, Janet Yellen menjadi sentimen negatif bagi Dolar AS. Aksi jual yang merembet ke pasar saham dan uang menjadi angin buritan bagi emas untuk menguat kembali. Tidak ada yang bisa memastikan kapan aksi jual akan berhenti, terlebih sebagian besar pelaku pasar saat ini ditengah kebingungan sebagaimana bank-bank sentral itu sendiri. Likuidasi masih akan berlangsung dan akan berakhir pada saatnya nanti. Saat Tsunami jual ini berakhir, anda yang telah membeli emas akan tiba gilirannya untuk keluar dan melikuidasi posisi. Selamat bertransaksi.
sumber : financeroll.co.id