BEST PROFIT FUTURES - Sebuah penelitian terbaru yang menunjukkan bahwa herpes ternyata mampu membunuh sel-sel kanker dan menghentikan tumor yang berkembang di tubuh manusia.
Penelitian ini menggunakan strain rekayasa genetika yang disebut T-vec. Strain tersebut dianggap sebagai obat baru dan cahaya cerah bagi para penderita kanker dan tumor.
Menurut lansiran Health, penelitian ini pertama kali diterbitkan dalam Journal of Clinical Oncology, yakni dengan mengungkapkan bahwa virus tersebut dapat digunakan untuk membunuh sel kanker.
Tidak seperti kemoterapi yang melemparkan jaring lebar dan membunuh sel-sel yang berkembang biak, cara terbaru ini lebih mengarah pada penyempitan pergerakan sel kanker untuk tumbuh. Sehingga hal tersebut lebih efektif tanpa harus takut menyebar ke mana-mana.
Penelitian ini menggunakan strain rekayasa genetika yang disebut T-vec. Strain tersebut dianggap sebagai obat baru dan cahaya cerah bagi para penderita kanker dan tumor.
Menurut lansiran Health, penelitian ini pertama kali diterbitkan dalam Journal of Clinical Oncology, yakni dengan mengungkapkan bahwa virus tersebut dapat digunakan untuk membunuh sel kanker.
Tidak seperti kemoterapi yang melemparkan jaring lebar dan membunuh sel-sel yang berkembang biak, cara terbaru ini lebih mengarah pada penyempitan pergerakan sel kanker untuk tumbuh. Sehingga hal tersebut lebih efektif tanpa harus takut menyebar ke mana-mana.
Para peneliti melihat lebih dari 400 pasien yang menderita melanoma maligna (jenis kanker kulit paling mematikan), 16 persen di antaranya diberikan pengobatan T-vec dan telah menunjukkan respon positif dalam waktu satu semester.
"Kita biasanya berpikir bahwa virus adalah musuh manusia, nyatanya mereka memiliki kemampuan khusus untuk mengobati kanker yang sangat menjanjikan," ujar Profesor Paul Workman, chief executive dari Intitute of Cancer Research.
sumber : merdeka.com
"Kita biasanya berpikir bahwa virus adalah musuh manusia, nyatanya mereka memiliki kemampuan khusus untuk mengobati kanker yang sangat menjanjikan," ujar Profesor Paul Workman, chief executive dari Intitute of Cancer Research.
sumber : merdeka.com