BEST PROFIT FUTURES - Dalam hubungan tradisional, saat Dolar AS menguat maka harga Emas akan melemah atau turun. Memasuki paruh kedua tahun ini, fenomena ini nampaknya berlaku kembali. Melihat pergerakan Indek Dolar yang naik tajam, dibarengi dengan pergerakan harga emas di pasar spot, mengkonfirmasi korelasi hubungan tradisional tersebut. Seja 2011, harga emas mengalami penurunan sebesar 41% dari harga puncaknya di $1.800 per troy ons. Dolar AS mengalami penguatan sebesar 33%. Emas mengalami kenaikan besar-besaran sejak dekade 1980-an dimana mengalami kenaikan harga sebesar 700%, sebaliknya indek Dolar turun 22% dalam periode yang sama.
Sebelum terhenti kenaikan harga emas di 2011, sepanjang 12 tahun sebelumnya banyak perusahaan pertambangan emas ramai-ramai mendorong produksi mereka ditengah laju kenaikan harga emas yang menjanjikan lewat cara-cara berhutang sekalipun. Alhasil, dengan jatuhnya harga emas hari ini diatas 40% dari harga puncaknya, tidak bisa berkelit mereka kini terlilit hutang dan semakin diperparah dengan kondisi Dolar AS yang menguat. Pada 2007, menurut Bloomberg, tingkat hutang perusahaan-perusahaan tambang emas terbesar dunia kurang dari $5milyar, naik dua kalilipat di akhir 2008. Setelah harga emas turun, pada 2011, tingkat hutang mereka dari $15 Milyar melonjak naik hingga diatas $30 Milyar pada semester pertama 2015 ini.
Sebelum terhenti kenaikan harga emas di 2011, sepanjang 12 tahun sebelumnya banyak perusahaan pertambangan emas ramai-ramai mendorong produksi mereka ditengah laju kenaikan harga emas yang menjanjikan lewat cara-cara berhutang sekalipun. Alhasil, dengan jatuhnya harga emas hari ini diatas 40% dari harga puncaknya, tidak bisa berkelit mereka kini terlilit hutang dan semakin diperparah dengan kondisi Dolar AS yang menguat. Pada 2007, menurut Bloomberg, tingkat hutang perusahaan-perusahaan tambang emas terbesar dunia kurang dari $5milyar, naik dua kalilipat di akhir 2008. Setelah harga emas turun, pada 2011, tingkat hutang mereka dari $15 Milyar melonjak naik hingga diatas $30 Milyar pada semester pertama 2015 ini.
Disatu sisi, perusahaan-perusahaan tambang tersebut harus memenuhi kewajiban membayar hutang mereka yang diambil saat ledakan harga terjadi, kini ditengah ambruknya harga emas, mereka berupaya bertahan dengan mengurangi kapasitas produksi. Alhasil pendapatan mereka dalam beberapa tahun terakhir ini terus menurun, berimbas pada harga saham masing-masing perusahaan tambang emas tersebut. Indek saham yang mengukur 30 emiten tambang emas di lantai bursa Philadelphia, terjungkal dalam posisi terendah mereka sejak 2001, padahal saat itu harga emas batangan hanya seperempat dari harga emas saat ini yang ada di kisaran $1.110 per troy ons.
Industri tambang emas dalam kondisi “bencana nasional” dengan kondisi harga emas saat ini. Perhatian industri kini lebih menitik beratkan pada masalah produksi dengan mengesampingkan masalah target keuntungan. Bagaimana tidak, salah satu faktor jatuhnya haga emas juga diakibatkan karena kelebihan produksi diatas daya serap konsumsi global itu sendiri. Hal ini semakin mempersulit harga emas untuk bisa pulih cepat dan lekas. Pada 2004, produksi emas hanya 2500 ton per tahun, tahun 2014 mencapai diatas 3100 ton per tahun menurut GFMS Ltd, tepatnya 3.114 ton atau mengalami kenaikan 24%.
Jumlah hutang 15 produsen emas besar dunia mencapai $31,5 Milyar pada ahir kuartal pertama tahun ini, padahal pada 2005 silam jumlahnya hanya $2 Milyar saja. Kenaikan hutang-hutang perusahaan ini adalah dampak lonjakan harga emas sebelum 2011. Perusahaan tambang emas diatas pegunungan Andes, Barrick yang memiliki hutang $8,5 milyar, Kinross Gold Corp di Mauritania senilai $6,3 milyar. Industri emas kini hidup dalam pengharapan belaka, berkutat dalam upaya menyelamatkan usaha yang berkejaran dengan kewajiban membayar hutang, urusan dengan pemegang saham dikesampingkan.
Perjalanan harga Emas ini memang sangat “brutal”, tidak disangkal lagi bagaimana Emas dan komoditi lainnya bisa membuat bangunan kontruksi harga sedemikian rupa, batas tertinggi dan terendah yang begitu curam. Laju kenaikan harga emas tak tertahankan, meski diselingi dengan upaya-upaya Dolar AS untuk naik lebih tinggi pula. Kini harga emas nampak telah kehilangan daya pamornya sebagai aset pengaman, yang menjadi sumber uang kas dimasa-masa sulit.
sumber : financeroll.co.id
Industri tambang emas dalam kondisi “bencana nasional” dengan kondisi harga emas saat ini. Perhatian industri kini lebih menitik beratkan pada masalah produksi dengan mengesampingkan masalah target keuntungan. Bagaimana tidak, salah satu faktor jatuhnya haga emas juga diakibatkan karena kelebihan produksi diatas daya serap konsumsi global itu sendiri. Hal ini semakin mempersulit harga emas untuk bisa pulih cepat dan lekas. Pada 2004, produksi emas hanya 2500 ton per tahun, tahun 2014 mencapai diatas 3100 ton per tahun menurut GFMS Ltd, tepatnya 3.114 ton atau mengalami kenaikan 24%.
Jumlah hutang 15 produsen emas besar dunia mencapai $31,5 Milyar pada ahir kuartal pertama tahun ini, padahal pada 2005 silam jumlahnya hanya $2 Milyar saja. Kenaikan hutang-hutang perusahaan ini adalah dampak lonjakan harga emas sebelum 2011. Perusahaan tambang emas diatas pegunungan Andes, Barrick yang memiliki hutang $8,5 milyar, Kinross Gold Corp di Mauritania senilai $6,3 milyar. Industri emas kini hidup dalam pengharapan belaka, berkutat dalam upaya menyelamatkan usaha yang berkejaran dengan kewajiban membayar hutang, urusan dengan pemegang saham dikesampingkan.
Perjalanan harga Emas ini memang sangat “brutal”, tidak disangkal lagi bagaimana Emas dan komoditi lainnya bisa membuat bangunan kontruksi harga sedemikian rupa, batas tertinggi dan terendah yang begitu curam. Laju kenaikan harga emas tak tertahankan, meski diselingi dengan upaya-upaya Dolar AS untuk naik lebih tinggi pula. Kini harga emas nampak telah kehilangan daya pamornya sebagai aset pengaman, yang menjadi sumber uang kas dimasa-masa sulit.
sumber : financeroll.co.id