BEST PROFIT FUTURES - Badan Pengamanan Dalam Negeri (NSA) Amerika Serikat, mengklaim resmi menghentikan program penyadapan massal mulai Minggu (29/11). Dalam keterangan resminya, institusi bertugas melakukan tugas-tugas intelijen dalam negeri ini hanya akan memantau target "yang fokus dan sudah ditentukan sebelumnya."Pemangkasan wewenang NSA ini didorong juga kebijakan Presiden Barack Hussein Obama pada Juni lalu. Saat itu, orang nomor satu Negeri Paman Sam tidak lagi meneken perpanjangan UU Patriot, yang jadi dasar hukum penyadapan NSA.
Stasiun televisi CCTV News melaporkan, Senin (30/11), pasal 215 dalam UU Patriot sudah dihapus. Pasal inilah yang paling kontroversial, karena mengizinkan NSA menyadap siapapun, di manapun, kapanpun, tanpa batas, disalahgunakan menyadap jutaan orang di muka bumi. Beleid itu disahkan Mantan Presiden George W. Bush pada 26 Oktober 2001 untuk menggagalkan terorisme sebagaiman yang terjadi pada serangan 11 September.
Keputusan NSA menghentikan penyadapan massal itu, menandai kemenangan Edward Snowden, pembocor data-data NSA ini pernah menjadi pegawai kontrak bidang teknologi informasi, sekaligus mantan agen intelijen CIA. Dokumen membuktikan NSA memata-matai banyak orang, dia berikan kepada jurnalis surat kabar the Guardian pada Juni 2013.
Berkat data Snowden, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono menyadari sudah disadap oleh Australia enam tahun lalu. Hasil penyadapan ini diberikan oleh intelijen Negeri Kanguru kepada NSA.
"Target penyadapan juga termasuk 9 jajaran di lingkaran pemimpin Indonesia, termasuk the first lady, Kristiani Herawati atau lebih dikenal Ani Yudhoyono," tulis The Guardian.
Stasiun televisi CCTV News melaporkan, Senin (30/11), pasal 215 dalam UU Patriot sudah dihapus. Pasal inilah yang paling kontroversial, karena mengizinkan NSA menyadap siapapun, di manapun, kapanpun, tanpa batas, disalahgunakan menyadap jutaan orang di muka bumi. Beleid itu disahkan Mantan Presiden George W. Bush pada 26 Oktober 2001 untuk menggagalkan terorisme sebagaiman yang terjadi pada serangan 11 September.
Keputusan NSA menghentikan penyadapan massal itu, menandai kemenangan Edward Snowden, pembocor data-data NSA ini pernah menjadi pegawai kontrak bidang teknologi informasi, sekaligus mantan agen intelijen CIA. Dokumen membuktikan NSA memata-matai banyak orang, dia berikan kepada jurnalis surat kabar the Guardian pada Juni 2013.
Berkat data Snowden, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono menyadari sudah disadap oleh Australia enam tahun lalu. Hasil penyadapan ini diberikan oleh intelijen Negeri Kanguru kepada NSA.
"Target penyadapan juga termasuk 9 jajaran di lingkaran pemimpin Indonesia, termasuk the first lady, Kristiani Herawati atau lebih dikenal Ani Yudhoyono," tulis The Guardian.
Snowden, yang terancam diadili pemerintah AS, kini memperoleh suaka sementara di Rusia. Dia mengklaim bertindak murni atas nurani, karena melihat NSA sudah kelewatan merambah privasi orang-orang dengan memaksai operator seluler dan penyedia jasa Internet membantu mereka melakukan penyadapan.
"Bahkan orang-orang yang tidak melakukan kejahatan tetap diawasi dan direkam. Suatu saat sistem represif semacam ini bisa menjadi tiran," kata Snowden.
Pengakuan Snowden membuat banyak negara marah, termasuk Brasil, Prancis, dan Jerman, karena pemimpin mereka disadap secara semena-mena. Kisah Snowden berjuang mengungkap kebenaran difilmkan oleh sineas Laura Poitras dalam dokumenter 'Citizenfour' yang diganjar penghargaan Oscar tahun lalu.
sumber : merdeka.com
"Bahkan orang-orang yang tidak melakukan kejahatan tetap diawasi dan direkam. Suatu saat sistem represif semacam ini bisa menjadi tiran," kata Snowden.
Pengakuan Snowden membuat banyak negara marah, termasuk Brasil, Prancis, dan Jerman, karena pemimpin mereka disadap secara semena-mena. Kisah Snowden berjuang mengungkap kebenaran difilmkan oleh sineas Laura Poitras dalam dokumenter 'Citizenfour' yang diganjar penghargaan Oscar tahun lalu.
sumber : merdeka.com