BEST PROFIT FUTURES - Tumbuhan tertentu memiliki berbagai macam khasiat, namun manfaat dari ramuan herba tersebut belum setara dengan obat kimia yang banyak beredar di pasaran saat ini karena belum didukung riset yang memadai.
Ahli biomolekul perusahaan farmasi Dexa Medica, Raymond Tjandrawinata, mengatakan saat ini masih banyak ramuan herba yang terpentok pada tingkat jamu. Banyak produsen tidak mau meneliti lebih jauh produknya padahal potensi obat herba tidak kalah efektifnya dengan obat kimia.
Ramuan herba sendiri terbagi atas beberapa tingkatan. Jamu adalah tingkatan paling rendah karena minim bukti ilmiah, setelah itu ada obat herbal terstandar (OHT), dan tingkatan paling tinggi adalah fitofarmaka yang setara dengan obat kimia.
Raymond mengatakan banyaknya diversitas hayati Indonesia seharusnya menjadi modal yang bisa digarap untuk mengembangkan obat-obat herbal kelas dunia. Dengan perlakuan yang tepat misalnya menggunakan teknologi biomolekul, ramuan herba bisa menjadi obat fitofarmaka.
Ahli biomolekul perusahaan farmasi Dexa Medica, Raymond Tjandrawinata, mengatakan saat ini masih banyak ramuan herba yang terpentok pada tingkat jamu. Banyak produsen tidak mau meneliti lebih jauh produknya padahal potensi obat herba tidak kalah efektifnya dengan obat kimia.
Ramuan herba sendiri terbagi atas beberapa tingkatan. Jamu adalah tingkatan paling rendah karena minim bukti ilmiah, setelah itu ada obat herbal terstandar (OHT), dan tingkatan paling tinggi adalah fitofarmaka yang setara dengan obat kimia.
Raymond mengatakan banyaknya diversitas hayati Indonesia seharusnya menjadi modal yang bisa digarap untuk mengembangkan obat-obat herbal kelas dunia. Dengan perlakuan yang tepat misalnya menggunakan teknologi biomolekul, ramuan herba bisa menjadi obat fitofarmaka.
"Sebelum ada bioteknologi peneliti herbal meneliti hanya bidang fitokimianya dan dicontohkan ke hewan. Tapi dengan bioteknologi kita punya sistem untuk mencari obat-obat baru yang dilihat dari sistem molekulnya," ungkap Raymond di Kawasan Industri Jababeka II, Cikarang, Jawa Barat.
"Pendekatan bukan dari tanamannya, tapi dari gen. Misalnya penyakit diabetes, kita lihat gen mana yang bermasalah dan dilihat mana fraksi yang cocok dari tanaman ini," imbuhnya.
Dari penjelasan Raymond saat ini di seluruh Indonesia baru ada 6 jenis fitofarmaka. Sedikitnya obat fitofarmaka meski banyak produsen herba di Indonesia dikatakan oleh Raymond karena banyak perusahaan takut gagal untuk menjalankan riset.
"Uji klinis banyak dan mahal. Ujinya juga enggak gampang karena pasien hanya ikut sehari-dua hari terus tidak mau lagi. Kendala rekruting ini yang jadi masalah," tutup Raymond,
sumber : detik.com
"Pendekatan bukan dari tanamannya, tapi dari gen. Misalnya penyakit diabetes, kita lihat gen mana yang bermasalah dan dilihat mana fraksi yang cocok dari tanaman ini," imbuhnya.
Dari penjelasan Raymond saat ini di seluruh Indonesia baru ada 6 jenis fitofarmaka. Sedikitnya obat fitofarmaka meski banyak produsen herba di Indonesia dikatakan oleh Raymond karena banyak perusahaan takut gagal untuk menjalankan riset.
"Uji klinis banyak dan mahal. Ujinya juga enggak gampang karena pasien hanya ikut sehari-dua hari terus tidak mau lagi. Kendala rekruting ini yang jadi masalah," tutup Raymond,
sumber : detik.com